Tentang Tujuan investasi

Iosi Pratama

Kalau tujuannya kaya cepat yaa bukan investasi, tapi dengan bekerja dan berbisnis.

Beberapa hari yang lalu, aku mendapatkan sebuah aha moment, dimana akhirnya aku jadi sadar bagaimana seharusnya aku nge-treat investasi sebagai kendaraan untuk mencapai apa.

Sebelumnya, terima kasih dulu buat Morgan Housel dan Raditya Dika yang mengingkatkanku akan hal ini di videonya.

Dalam setahunan terakhir aku banyak investasi di saham US. Beli saham individu bukan ETF/Index, dan yang aku beli bukan blue chip seperti Apple, Google, Amazon, dll. Melainkan saham perusahaan yg lebih kecil seperti Shopify, Square, Attlasian, Sea Limited.

Alasannya yaa I'm willing to take risks for higher potential return. Berharap cuan gede.

Setahunan sebelumnya lagi,adalah saham Indonesia yang aku beli. Mayoritasnya Bank Jago. Tujuannya masih sama, high return.

Padahal kenyataannya, hingga sekarang aku belum bisa bener-bener menilai apakah suatu perusahaan itu bagus atau ngganya secara mandiri dengan melihat financialnya.

Analisa aku masih sangat basic. Dan sepertinya ini jadi pelajaran berharga karena semua portfolio saham ku dalam kondisi floating loss saat ini. 

Saat aku refleksi lagi, ternyata aku mengambil keputusan ini karena aku berharap kaya dari saham dalam waktu yang cepat. Berharap seperti dapat jackpot dengan mencari harta karun. Seperti orang-orang yg beli saham di pandemi, terus naik berkali2 lipat setelah setahun. 

Padahal di saham, untuk mendapatkan return yang besar, dibutuhkan waktu yang cukup lama. Compounding akan bekerja untuk investor jangka panjang.

Jadi ngga bisa kalo berharap dari investasi untuk bisa kaya dengan cepat.

Lalu caranya gimana agar bisa kaya cepat?

Kalo kamu notice, caranya ada di kalimat pertama tulisan ini. Iya, kerja dan berbinis. Lebih bisa kita kontrol karena langsung berkaitan dengan apa yang bisa kita buat dan jual kepada orang lain. Cara yg lebih cepat untuk menghasilkan uang.

Terus-terus, apa tujuan investasi dong?

Nah investasi ini untuk mencapai tujuan financial di masa depan. Aku ulangin lagi yaa, untuk mencapai tujuan financial di masa depan. Tujuannya bisa apapun misalnya buat nikah, bayar kontrakan, beli rumah, dana pendidikan, pensiun, dll.

Mirip nabung. Bedanya kalau investasi ditaruh di instrumen yang produktif setidaknya agar lebih baik dari Inflasi. Investasi ini sifatnya ngga bisa buru-buru. Pelan tapi pasti. Perlu tiap bulan DCA atau Bibit nyebutnya Nabung Rutin.

Setelah menyadari ini, aku jadi lebih tenang dan fokus ke kerjaan dan bisnis. Mengurangi waktu untuk cek portfolio saham. Disamping itu juga udah shift ke ETF. Makin tenang lagi tanpa takut salah pilih saham.


Back to Blog