Update portofolio investasi 2025

by
Iosi Pratama
by
Iosi Pratama
Tahun ini aku membuat beberapa keputusan finansial yang cukup berbeda dari rencana awal. Beberapa portfolio yang sudah aku pegang sejak mulai investasi di tahun 2018 an, sekarang sudah nggak aku simpan lagi.
Ada beberapa pertimbangan yang pengen aku share di tulisan ini. Tapi sebelum itu, aku mau cerita dulu soal strategi dasar investasiku.
Goal-based investing.
Aku selalu investasi berdasarkan tujuan. Jadi, aku nggak punya satu tabungan besar untuk semua kebutuhan, tapi setiap tujuan punya instrumen masing-masing yang aku pilih sesuai karakter dan kebutuhannya.
Sekarang, yang aku kelola paling nggak ada beberapa “bucket” utama:
Awalnya, aku naruh uang cash dan darurat di reksadana pasar uang syariah, milih yang expense ratio nya paling rendah dan pencairannya instan di aplikasi Bibit.
Alasannya simpel: yg resiko turunnya paling rendah, dan kalau butuh, bisa langsung cair, ngga perlu nunggu 2-3 hari.
Tapi kemarin aku sempat ngalamin sendiri, reksadana yang biasanya bisa di withdraw instan, tiba-tiba nggak bisa dicairkan. Entah alasannya apa. Pas lagi butuh, malah nggak bisa diakses.
Ini jadi turning point buatku—ternyata, kalau terlalu bergantung ke suatu platform, ada risiko yang nggak bisa dikontrol dan ini cukup krusial.
Dari situ aku mulai mikir ulang soal likuiditas dan kontrol atas dana sebagai pertimbangan memilih instrumen.
Sekarang, aku lebih utamain yang benar-benar liquid dan aku punya kontrol penuh.
Aku udah nggak terlalu tertarik sama reksadana lagi. Selain kurang liquid, return-nya juga mepet sama inflasi, dan ada expense ratio yang tiap tahun ngurangin keseluruhan return.
Saham juga aku lepas, karena harus terus ngikutin market, lihat laporan keuangan, dan menurutku pilihannya terlalu banyak.
Setelah pengeluaran besar buat menikah dan beli rumah, aku pengen naruh uang di instrumen yang lebih sederhana dan bisa bikin aku fokus kerja, nggak ribet mantau inventasi tiap hari.
Keputusan ku adalah emas dan Bitcoin.
Kenapa emas dan bitcoin?
Emas sudah terbukti jadi pelindung nilai (safe haven) selama bertahun-tahun, terutama saat krisis ekonomi. Dari dulu sampai sekarang, emas selalu jadi pilihan banyak orang untuk menjaga kekayaan dari inflasi atau gejolak pasar. Karena itu, aku juga tetap menjadikan emas sebagai salah satu pilar utama di portfolio investasi.
Untuk emas, aku sekarang lebih memilih emas digital, khususnya dalam bentuk crypto: PAXG. Alasannya simpel: jauh lebih praktis daripada emas batangan, nggak perlu ribet urusan penyimpanan fisik, dan bisa diakses kapan saja lewat aplikasi. Dengan PAXG, aku tetap bisa punya eksposur ke emas, tapi dengan fleksibilitas dan kemudahan transaksi digital.
Di sisi lain, aku juga terus menambah kepercayaan terhadap potensi bitcoin sebagai “ultimate store of value”, bahkan lebih baik dari emas. Menurutku, bitcoin punya peluang pertumbuhan nilai yang besar di masa depan, apalagi dengan sifatnya yang terbatas dan desentralisasi. Bitcoin jadi salah satu aset yang aku pegang untuk jangka panjang.
Untuk penyimpanan, aku pakai kombinasi hot dan cold wallet— yaitu Tangem, Ledger, dan Trustwallet, supaya lebih aman dan tetap mudah diakses kalau sewaktu-waktu butuh transaksi. Untuk beli bitcoin dan paxg nya sendiri, aku biasanya pakai aplikasi Pintu karena simpel dan fee termurah daripada aplikasi lain.
Secara keseluruhan, di 2025 ini aku menerapkan strategi “barbel”: di satu sisi ada emas yang stabil dan tahan krisis, di sisi lain ada bitcoin yang punya potensi pertumbuhan tinggi saat ekonomi sedang berkembang.
Dengan kombinasi ini, aku merasa lebih siap menghadapi berbagai situasi ekonomi—baik saat pasar lagi gonjang-ganjing, maupun saat ekonomi lagi tumbuh.
Beberapa perubahan yang aku lakukan:
Intinya, aku pengen portfolio yang nggak ribet, proven, tetap terjaga nilainya, dan bisa diandalkan kapan saja.
Paxg dan bitcoin itu instrumen yang aku rasa paling cocok buat kebutuhan dan tujuan finansial ku sekarang.
or you might also like: