Menciptakan privilege untuk diri sendiri
Iosi Pratama
Iosi Pratama
Satu hal yang saya amati dari kebanyakan orang-orang sukses yang jarang di ulas dan tampilkan di buku maupun perbincangan adalah privilege yang mereka miliki dan mampu memanfaatkannya secara optimal.
Memang ada orang yang benar-benar sukses mulai dari nol kondisinya. Mereka berusaha keras sendiri. Tak kenal lelah dan putus asa. Pada akhirnya mereka sukses dengan keringat dan ait mata mereka sendiri.
Namun, disini saya lagi nggak bahas itu. Topik privilege sedang bersemayam dipikiran dan ingin saya tuangkan hari ini.
Tentang privelege sendiri, mari kita lihat definisi kata ini dari Cambridge Dictionary.
an advantage that only one person or group of people has, usually because of their position or because they are rich
an opportunity to do something special or enjoyable
the way in which rich people or people from a high social class have most of the advantages in society
Dari kamus tersebut, bisa diartikan bahwa privelege adalah sebuah keadaan yang membantu orang mengakselerasi usaha mereka.
Misalnya gini. Ada 2 orang yang sama-sama rajin dan suka belajar.
Budi datang dari keluarga kurang mampu secara ekonomi, Ali dari orang yang mampu. Dengan keterbatasan ekonomi yang di alami Budi ini berpengaruh juga pada sejauh apa dia belajar. Sedangkan Ali karena mampu, dia bisa memiliki komputer, internet, dan akses ke guru bahasa inggris. Alhasil pada akhirnya Ali jauh lebih sukses daripada Budi.
Terdengar tidak adil memang. Karena banyak tokoh terkenal di TV/Youtube bilang sukses adalah hak segala orang. Ekonomi tidak membatasi untuk berkarya dan sukses dibidang masing-masing.
Iya memang. Namun kenyataannya selalu ada privilige yang berperan disitu. Bukannya mau negative thinking terus cari alasan buat nggak sukses gitu. Namun ini adalah hal nyata.
Terus gimana dong kalau kita-kita ini senasib dengan Budi berasal dari keluarga kurang mampu atau biasa aja?
Berita baiknya, privelege juga bisa kita ciptakan dengan pengorbanan-pengorbanan.
Saya ingat dulu ketika saya pertama kali ikut workshop Financial Revolution nya Pak Tung Desem Waringin saat masih sekolah SMK. Biayanya cukup mahal buat saya waktu itu sekitar 1.3 Juta. Saya ambil yang platinum duduk didepan sendiri. Ada sih tiket Gold dan Silver dibawah 1 juta. Uang hasil saya ngerjain proyek dan adsense saya korbankan.
Saya yakin dengan duduk diplatinum, saya bisa dapat spot yang strategis untuk memperhatikan Pak Tung secara optimal .
Benar saja. Dari situ saya dapat kesempatan untuk belajar ilmu2 mahal yang jarang sekali dibahas dimanapun. Tentang uang sebenarnya.
Selain itu karena ini workshop dimana ada kesempatan buat kerja sama, saya berkenalan dengan orang-orang yang di Platinum adalah pengusaha2 besar maupun professional dengan jabatan yang cukup tinggi di perusahaan mereka masing-masing.
Setelah acara itu, bahkan 2 minggu saya ingat sempat ikut seorang developer properti berbisnis dan bagaimana berjualan properti.
Pengalaman yang mungkin tidak saya dapatkan kalau saya tidak berani ikut workshop tersebut. Atau dalam yang sama menciptakan privilege untuk diri saya sendiri.
Sampai sekarang workshop tersebut menjadi salah satu event yang mengubah hidup saya secara kecerdasan finansial.
Saya jadi punya akses-akses ke pengusaha dimana saya bisa bertanya langsung bagaimana mereka mengeluarkan uang, berbisnis dan berinvestasi.
Sebuah privelege yang saya sadar mungkin temen2 sebaya belum mendapatkan.
Ini adalah sebuah contoh saja kecil saja.
Bayangin privilege apa yang didapat oleh seorang Nadiem Makarim yang kuliah di Harvard atau Kaesang putra presiden berlatar belakang pengusaha yang kuliah di Singapore. Saat sama-sama membangun bisnis, mereka bisa saja punya akses ke orang-orang yang jauh lebih sukses terlebih dahulu untuk mengajarin dan memberika nasehat ke mereka. Sedangkan yang lain nggak.
Jadi menurut saya privilege adalah hal nyata yang bisa membantu kita meraih tujuan jauh lebih cepat lagi.
Hal baiknya, saya, kamu, atau kita bisa menciptakannya.Jangan hanya mengeluh.
or you might also like: