Sebagai Freelancer, sekarang aku merasakan masa sulit itu

Iosi Pratama

Masa-masa seperti ini lah yang dapat aku bagikan kepada generasi selanjutnya.

1 Tahun yang lalu saya sempat bekerja di sebuah perusahaan "X" (Nama aku samarkan). Kondisi perusahaan tersebut bisa bilang dalam grafik yang menurun karena cashflow perusahaan turun drastis. Produk yang dijual mengalami penurunan sales yang begitu signifikan.

Namun, karena sedang mempersiapkan produk jangka panjang dan produk eksperimen, tidak ada tambahan pemasukan yang cukup besar bagi perusahaan. Alhasil, cashflow tiap bulan minus kerena operasional kantor yang cukup besar juga. (Saya tahu ini langsung dari CEO nya)

Memang perusahaan masih terus berjalan hingga beberapa tahun karena dari hasil sales produk beberapa tahun lalu yang cukup besar sehingga ada cadangan uang yang masuk cukup besar. Ditambah lagi dengan tambahan dana dari Investor untuk mengembangkan produk ekperimen tersebut. Namun, dengan cashflow yang minus, maka lambat laun perusahaan akan mengalami masa-masa sulit.

Awal bulan hingga pertengahan 2018, kondisi masih seperti biasanya. Bekerja seperti biasa dengan fasilitas seperti biasa. Namun di akhir tahun, CEO dan tim Level C lainnya harus benar-benar berputar otak bagaimana agar terus bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama. Produk eksperimen launching. Namun hasil nya jauh dibawah ekspektasi. Sales hanya dalam hitungan puluhan. Jauh dibawah ekspektasi target.

Menurutku, ada banyak faktornya yang membuatnya seperti itu. Kemudian CEO melakukan berbagai upaya seperti lebih menghemat operasional -> Menghemat listrik dengan menggunakan satu AC di ruang kerja (Awalnya 2). Hingga ada wacana pemangkasan tim. Saya bisa melihat dibalik wajah tenang dari CEO perusahaan tersebut, terdapat banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang sedang dia coba pecahkan.

Perusahaan sedang menghadapi masa-masa sulit. Kondisi masa-masa sulit tersebut mungkin sedang aku alami juga sebagai freelancer. Khususnya yang berkenaan dengan cashflow. Secara hitungan, khususnya 3 bulan terakhir, cashflow ku sebagai freelancer bisa dibilang minus.

Operasional, Sewa dan lain-lain lebih besar daripada pemasukan. 3 Bulan terakhir sepi proyek, entah dari proyek UI, UX, maupun Web Desain. Ada sih 1, 2 proyek gitu per bulan. Namun nilai nya dibawah $100 an.

Allhamdulillah pemasukan dibantu oleh side-bisnis yang aku jalankan, Payo – layanan isi saldo paypal. Bahkan yang lebih nekat lagi, bulan kemarin aku nekat untuk sewa sebuah rumah sebagai kantor. Untuk ini aku rasa sudah mempertimbangkan banyak hal. Namun yang diluar itu, aku mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk mengisi rumah tersebut.

Merasakan masa sulit ini, aku bisa merasakan sedikit apa yang dirasakan oleh CEO ku dulu. Yaaa, walaupun sedikit sih. Kalau dia kan dulu mengayomi banyak tim. Sedangkan aku hanya sendiri / pribadi. Tanggung jawabnya lebih besar. Namun, tetap aja. Kalau dia bisa keluar dari masa sulit itu.

Aku juga harus cari jalan keluar yang tepat. Ada 2 cara jalan keluar yang jelas.Mengurangi pengeluaran dan Menambah pendapatan.

Untuk mengurangi pengeluaran aku rasa sudah hemat secara operasional. Hanya saja perlu memberhentikan beberapa langganan seperti yang dirasa belum menjadi prioritas lagi saat ini seperti Dribbble, Zeplin, dan Skillshare.

Kemudian yang kedua adalah menambah pendapatan. Kalau lihat kebelakang, memang wajar kalau proyek ku sepi. Aku hanya mengandalkan, berharap orang yang langsung kontak aku secara pribadi tanpa melakukan aktif marketing seperti submit proposal di Upwork. Ditambah itu aku merasa tidak fokus, khususnya bulan ini. Apakah mau memperdalam di Webflow, atau pun kegiatan lain. Gonta ganti.

Disitu aku merasa agak stress. Lebih lanjut lagi, masa sulit tentu akan aku hadapi secara tangan terbuka. Aku sadar, masa ini adalah masa yang berharga bagi saya untuk belajar dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih mumpuni lagi kedepannya.

Next, Insyaallah aku akan menulis kan tulisan lanjutan bagaimana cara saya melewati masa-masa sulit ini apabila saya sudah menemukan jalan keluar yang terbukti yang lalui.

Categories: Work

Back to Blog