Cerita Abunawas & Cara Startup Jaman Now Melakukan UX Research
Iosi Pratama
Iosi Pratama
Suatu ketika abunawas terlihat mondar mandir di depan teras rumah sambil terlihat mencari sesuatu. Seorang anak muda pun datang menawarkan bantuan untuk ikut mencari barang milik abunawas yg ternyata “sebuah kancing”.
Setelah 30 menit membantu, Anak muda tersebut mulai menyerah dan bertanya “Wahai Tuan Abunawas, coba anda ingat dimana kira-kira kancing Anda jatuh” dan segera Abunawas menjawab “di dalam kamarku”. “Tuan mengapa Anda mencari disini sementara kancing anda jatuh di kamar?”, dan dengan enteng Abunawas manjawab “disini enak, lebih terang dan ada yang menemani, sementara di kamarku gelap!" Gubraaakkkk :lol:
Cerita Kancing Abunawas terasa satir bagi kita, cenderung ambil mudah dan berperilaku seenaknya. Namun, tahu kah kamu bahwa apa yang dilakukan Abunawas ini sering dilakukan oleh Startup saat ini dalam membangun sebuah produk mereka. Atau setidaknya yang saya dan tim lakukan saat membuat produk dulu. Yang pada akhirnya nggak terlalu bagus hasilnya, atau bisa dibilang gagal.
Alih-alih memetakan masalah yang sebenarnya pada real user yang kemudian mencoba untuk menyelesaikan masalah yang tepat, saya malah fokus membuat produk yang bagus, semakin bagus, dan semakin bagus lagi. Memperbaiki desain menjadi semakin bagus, bikin tambahan fitur yang kita pikir itu perlu, dan lain-lain yang diputuskan kita sendiri.
Kita memikirkan dan memutuskan itu semua di coworking space, kos-kosan, atau dimanapun tempat bekerja saat itu. Jauh dari user yang akan memakai produk kita nantinya. Saat nggak ada user yang pakai produk, usaha nya malah dialihkan ke gencar-gencar promo di facebook ads dan google ads. Alhasil, seminggu 500 Ribu hasil nya nggak seberapa signifikan. Memang melakukan UX Research ke real user itu ribet - butuh effort banyak, apalagi kalau masih belum tahu metode dan cara yang praktis.
Layaknya Abunawas yang nggak mau cari kancing nya di kamar karena gelap dan susah. Namun sekarang saya sadar apa yang saya lakukan itu kurang tepat. Di kasusnya Abunawas, kamu mungkin bisa mengatakan "Sampai kapanpun dia nggak akan ketemu kancingnya, hilang nya dimana nyarinya dimana"
Nah untuk UX Research juga sama, kalau kita nggak mau kotor ataupun bersusah payah terjun ke target user produk kita, empati terhadap mereka, observasi kebiasaan, dan memahami mendalam apa sih yang mereka butuhkan sebenarnya. Kita akan berkutat terus menerus berusaha layaknya Abunawas mondar mandir di depan teras. Susah ketemu aha moment nya.
Sebagai kesimpulan, apa yang saya pelajari di tulisan ini adalah kemauan untuk melakukan UX Riset yang tepat serta belajar bagaimana membangun produk yang melibatkan user sedari awal.