Matkul itu bernama Saling Memahami

by  

Iosi Pratama

Matkul ini sebenarnya kamu sudah melakukannya setiap hari, namun some how kamu sering melewatkannya dalam hal-hal tertentu. Bukannya terdengar wajar hal seperti Cek cok, Perselisihan pendapat, Ketidaksukaan ke seseorang, Ego di hidup kita ini. Orang-orang terdekat saya pun sangat sering mengalami kondisi dimana saling membenarkan hal yang diyakini sendiri-sendiri. Kadang memang kita nggak bisa memakasa orang lain sesuai dengan keinginan kita, bahkan walaupun kita merasa berjasa pun pada dia. Sebagai manusia, sudah sangat wajar kalau seseorang melakukan kesalahan atau kekeliruan, apalagi kalau seseorang jauh dari Allah, jauh dari keingintahuan untuk belajar agama dan prinsip ketulusan sebagai manusia. Namun, apakah kita melihat kekeliruannya saja? Saya percaya, ketika kita mampu saling mengerti satu sama lain, ketika kita melakukan empati lebih dalam terhadap orang lain, Darisitu kita akan memahami kenapa sih seseorang itu melakukan suatu tindakan, dan kita akan mehamahami alasannya juga. Pada akhirnya kita akan sampai disuatu titik dimana kita benar-benar merasakan emosi yang dia punya dan rasakan disaat itu. Dan kita sadar, itu berat buat dia. Faktanya dia merasakan itu dan kita mencoba merasakan yang sama, dan pada saatnya kita akan berguman pada diri sendiri "Hmm, dia kok kuat yaa, padahal cukup berat kondisi ini" Ini adalah mimpi saya, Menyebarkan rasa mau untuk saling memahami satu sama lain. Lebih merasakan empati daripada simpati. Empati ini bukan hanya simpati yang memberikan bantuan. Daripada menawari tissue saat orang lain menangis, kita mencoba untuk ikut menangis juga. Jadi saat melihat suatu perselisihan suatu tindakan yang kita kurang sukai. Kita bisa berusaha tidak ngejudge seseorang atau apapun disaat itu juga, Tahan, kita mampu menahannya Melainkan menahannya, kalau pun memang ingin terlibat di suatu masalah tersebut, daripada ngejudge atau berkomentar saat itu juga. Lebih bijak kalau kita melihat dari sudut pandang yang berbeda, dari sudut pandang dia contohnya. A berselisih dengan B. Kenyataannya Si A benar dan Si B juga benar. Namun, sifat kita biasanya mengira A 100% benar dan B 100% salah atau sebaliknya. Hal-hal tersebut alami dari seorang manusia dimana Allah menciptakan kita dengan sifat seperti itu. Tidak ada yang salah sepenuhnya seperti hitam solid sebagaimana warna RGB. Warna yang ada di diri kita membaur, sehingga sangat mungkin manusia yang kemudian melakukan kesalahan terlepas dari siapa dia, pekerjaannya, darimana. Saya punya mimpi, kelak nanti saya mendirikan suatu sekolah atau ekosistem belajar, salah satu pelajaran yang akan ditularkan adalah keingintahuan untuk saling memahami. Insyaallah.


Back to Blog