Meet the team kibar - awal dari pertualangan ini.

Iosi Pratama

Kemarin saat saya sedang merapikan folder dan backup file-file penting dari laptop ke hardisk eksternal. Saya menemukan kenangan poster dibawah ini.

Sebelum menghapus poster tersebut. Saya berfikir untuk menulis sejenak tentang cerita ini. ... Saat itu kondisinya saya masih siswa kelas 2 SMK Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineer). Tahun 2015 kalo nggak salah. Forward Factory (Coworking Space) adalah tempat berlangsungnya acara tersebut.

Sebelumnya saya pernah beberapa kali kesini mengikuti acara seperti workshop game programmer, Indonesia Android Academy, dan workshop design thinking. Namun saya belum tahu Kibar itu apa, siapa, dan kenapa ada. Namun karena percaya kepada setiap acara yang diselenggarakan di forward factory adalah acara hebat, saya mendaftar saat itu untuk mengikuti acara tersebut. Pendaftaran diterima, dan saya mendapatkan email reminder beberapa hari sebelum hari H. ... Saat hari H -

Poster diatas berisi suatu acara kita berkenalan dengan tim di Kibar. Dari acara tersebutlah saya berkenalan dengan orang-orang istimewa dimana saya bisa belajar banyak dari mereka, dan terus berhubungan hingga sekarang. 

Meet the Kibar

Hal yang paling berkesan dari acara ini adalah orang-orang yang berada didalamnya. Ceritanya acara ini memperkenalkan squad kibar behind the scene Start Surabaya, Indonesia Android Academy, dan acara-acara lainnya yang biasa diselenggarakan di Forward Factory.

Ko Yansen

Nama lengkapnya Yansen Kamto. Mungkin saat artikel ini ditulis (2018) Ko Yansen sudah cukup terkenal dengan berbagai gerakannya bersama Kibar. Start Surabaya, Innovative Academy, Google Developer Group, hingga yang paling hits Gerakan Nasional 1000 Startup Digital.

Namun yang ingin saya ulas adalah saat 2015 di acara itu dimana Ko Yansen percaya dan optimis membagikan impiannya untuk anak muda di Indonesia. Saya suka dengan orang ini karena dia berani dan punya cara berfikir yang berbeda bagaimana membangun suatu hal.

Dan itu terbukti saat ini. Pertemuan terakhir dengan Ko Yansen hingga tulisan ini ditulis adalah saat di Koridor Coworking Space, sekitar 3 minggu yang lalu. Sebelumnya saya berfikir mungkin sudah lupa dan tidak akan menyapa gitu karena saya sudah nggak di volunteer di Start Surabaya lagi. Namun saya keliru. Ko Yansen dengan humble nya menyapa terlebih dahulu sambil salaman dan menanyakan kabar karena lama nggak kelihatan.

Saat itu saya langsung berkata pada diri sendiri bahwa saya harus lebih hebat darinya dengan membuat perubahan dan impact yang lebih besar.

Mas Tisna

Sutisna Mulyana. Saat itu kalo nggak salah sebagai program manager di Start Surabaya. Saya kagum banget sama orang ini. Dia kemudian hari dia lah yang ngenalin pertama kali Start with why nya Simon Sinek saat di acara Surabaya City Agent.

Mas Patrick

Hal yang paling berkesan dengan Mas Patrick adalah saat dia memberikan saya kesempatan untuk belajar di hacksprint nya 1000 Startup Digital di Malang. Saat itu status saya masih volunteer di Start Surabaya yang juga membantu 1000 Startup Digital di Surabaya.

Mbak Dhilla

Bernama lengkap Fadhila Hasna Athaya. Lucunya adalah dulu waktu menghampiri Mbak Dhilla saat meet the kibar karena Ko Yansen mengatakan bahwa Mbak Dhilla baru lulus SMA yang berkontributor di Zilliun. Akkhhh. Mbak Dhilla, saya membaca tulisan-tulisannya. Saya mengamati bagaimana dia membangun sebuah cerita.

Mbak Intan

Intania Amanda Larasaty. Mbak Intan, bersama Mbak Dhilla seperti 2 sejoli yang selalu bersama. Selanjutnya saya beberapa kali ngobrol dengan Mbak Intan untuk menanyakan kabar baik dulu waktu di Surabaya maupun via media sosial.

Mbak Putri

Putri Izzati. Mbak Put foundernya Zilliun (semoga bener yaa).  Beberapa kali ngobrol dengan Mbak Putri, saya takut salah ngomong. Pembawaannya yang serius mungkin yang membuat itu. Disamping itu  Mbak Put punya pemikiran yang unik yang dia selalu tuang di Zilliun nya.

Mbak Pera

Pera Malinda Sihite. Awal tahu Mbak Pera waktu saya datang di acara Brand Former di Surabaya. Waktu itu Mbak Pera ngajakin ngobrol. Saat itu saya masih ingat saat mencoba menjelaskan ide startup teenstartup, sebuah inkubator bisnis untuk pelajar SMA / SMK.

Mbak Pera mengatakan kalau begitu solusinya bukan startup yang Start Surabaya maksut. Dikemudian hari saya paham maksutnya. Agak galak sih. tapi peduli banget. Dengan Mbak Pera saya masih keep in touch sesekali lewat instagram.


Back to Blog