Cara saya lebih produktif hingga 1000x
Iosi Pratama
Iosi Pratama
Hari ini insyaallah saya akan berbagi hal yang menurut saya sangat penting untuk kamu ketahui [generasi muda]. Cara saya belajar lebih produktif. Angka 1000 hanyalah sebuah kalkulasi. Ketika saya menulis tulisan ini insyaallah saya telah merasakan manisnya menjadi seseorang yang bener-bener mampu menggunakan waktu di dunia ini kepada hal yang lebih bermanfaat[baca: tidak percuma]. Bagi saya produktif adalah sebuah kebiasaan yang dapat di latih. Sederhananya disuatu waktu seseorang dapat menjadi lebih produktif, sebaliknya dapat pula menjadi kurang produktif. Sudut pandang yang saya bawa disini adalah dari sudut pandang agama islam. Yang memang telah terbukti bagi saya. Kamu dapat menghubungi saya kapanpun untuk mengobrol lebih lanjut tentang ini.
Yang pertama dan utama adalah sholat dhuha. Sholat dhuha sering dikaitkan dengan sebuah amalan yang memperlancar rejeki dan memperbanyak juga. Insyaallah saya sepakat. Ini juga berlaku di waktu. Ketika orang barat mengatakan time is money. Bisa kita hubungkan bahwa waktu adalah bagian dari rejeki. Sholat dhuha. Allhamdulillah ini adalah kebiasaan yang saya jaga dari SMP. Lebih dari 5 tahun. Beberapa kali memang saya melewatkan. Tapi sangat sedikit. Dampak dari sholat dhuha adalah selalu membuat saya berfikir apa kegiatan atau hal bermanfaat yang bisa dilakukan saat ini dan kedepannya. Apa ibadah yang bisa saya kerjakan. Ibadah ini dalam artian lebih luas dari rukun islam. Belajar adalah ibadah. Traveling bisa juga diniatkan ibadah. Allahmdulillah. Setelah itu atas ijin Allah, yang saya rasakan saat ini, saya merasa lebih mudah belajar hal baru, dengan lebih cepat, dan lebih efektif. Bahkan yang lebih lagi, saya sering melampaui orang-orang yang sebelumnya meremehkan saya dalam suatu hal.
Kebiasaan kedua adalah puasa. Ketika kita percaya bahwa puasa bener-bener menjadi suatu hal yang mampu membawa keajaiban bagi kita, maka saya yakin kita akan merasakannya. Coba renungkan, perbedaan keseharianmu saat puasa dan tidak. Allhamdulillah kebiasaan ini terus saya jaga dari SMK (Sekitar 3 tahun lebih) dan hasilnya ... Insyaallah bener-bener hebat. Puasa merangsang salah satu bagian terpenting dari EQ (Emotional) yaitu empati atau lebih peka terhadap suatu hal. Selain itu puasa juga membuat saya merasa sungguh sangat rugi ketika menggunakan waktu untuk hal yang kurang penting (dalam takaran saya). Aneh tapi nyata, puasa juga membuat saya lebih semangat ketika kerja. Sebaliknya saat tidak puasa (makan dan minum) di kantor, saya malah banyak break nya sana-sini. Lebih sedikit hal yang diselesaikan dan lebih mudah terganggu hal lain.