Hal-hal Menarik selama Traveling di Jogja

Iosi Pratama

Hal Menarik Travelling ke Jogja

4 hari 3 malam saya melakukan traveling atau wisata ke Jogjakarta di awal Februari kemarin bersama seorang teman. Dibawah ini adalah beberapa hal menarik selama perjalanan.

Hampir ketinggalan kereta

Di jadwal yang tertera di tiket seharusnya kita berangkat jam 8:10 pagi. Saya sebenarnya ga ada masalah karena sampai di Stasiun Gubeng(lama) jam 7:30. Tapi teman saya, jam 7:50 mengatakan udah sampai. Ehh tapi di Gubeng baru. Sebelumnya sempat panik dan saya minta dia gimana pun caranya agar bisa ke gubeng baru- secepatnya!, entah itu mau memberhentikan orang di tengah jalan, grab now, minta tolong gojek, atau yang lain. Yang penting sampai. Allhamdulillah, di detik-detik akhir kita sampai beberapa menit sebelum kereta berangkat. Sekali lagi Allhamdulillah.

Beli aplikasi Gojek seharga 1.5 Juta

Saat proses mencari penginapan kita dibantu oleh seorang driver gojek belum menikah usia yang kira-kira berusia 24 tahun asli jogja. Iya dia jadi driver sudah tiga tahun dan dari pekerjaan itulah dia berani kredit mobil yang perbulannya hampir 4 juta. Proses kreditannya sudah berlangsung 3 tahun dan kurang 1 tahun lagi. Saya masih ngerasa gimana gitu, orang ini berani kredit hampir punya mobil utuh setahun lagi. Oke itu satu hal menarik bagi saya, namun hal yang menarik lainnya adalah si driver ini ternyata aplikasi driver gojek nya beli seharga 1.5 Juta - WoW, hal itu karena dulu akun aslinya kena suspend karena dikira double order / order fiktif. Dari pengakuannya dia tidak melakukan kecurangan apapun sih. Mau daftar lagi pun nggak bisa karena id nya sudah kepakai di akun yang lama. Ini adalah sebuah wawasan yang cukup menarik di dunia per driveran menurut saya. Dan saya yakin masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang lain yang bisa terjadi di lapangan/jalanan.

Doa yang terkabul. Kontan.

Allhamdulillah. Ini adalah kebesaran dan kemurahan Allah tentunya. Saat berangkat ke Jogja saya sudah ngomong ke teman saya kalo saya berdoa agar dapat penginapan yang ... dekat Malioboro (biar lebih mudah kemana-kemananya- bisa jalan kaki), dekat masjid (biar bisa sholat jamaah tepat waktu), ada wifinya (biar bisa produktif waktu di kamar), dan harganya terjangkau. Iyaa ini menurutku terjangkau dengan fasilitas kamar yang bersih, penerangannya bagus seharga 125rb/malam. Selain itu di hari kedua, Allah mengabulkan doa saya lagi untuk dapat berinteraksi dengan turis luar. Ternyata mereka turis dari negara dimana saya ingin mengunjunginya seperti Denmark, Swedia, USA, dan Swiss. Kita jalan bareng saat menuju ke Pantai Timang dan saya merasa puas banget. Pantai Timang dan tempat wisata yang masih belum dikelola dengan professional Iya ini saya ambil contoh Pantai Timang. Sebenarnya pantai ini cukup menarik bagi banyak wisatawan karena pemandangan yang memang bagus. Coba deh lihat fotonya nya di Google Maps, mungkin kamu setuju juga. Yang disayangkan adalah karena di Pantai Timang ada fasilitas-fasilitas yang selalu ada biayanya lagi. Misalnya, mau di selfie disitu bayar 5000 lagi atau bahkan Rp 20.000, jadi ada spot-spot yang harus selalu bayar gituloh. Bahkan ini membuat turis asing merasa kurang suka dengan konsep wisata disini (Indonesia), mereka ngomong langsung ke saya.

Rundown yang spontan

Di Jogja banyak sekali tempat wisata, dan dari bapak losmen penginapan tempat saya penginap mengatakan kalo bisa di rundown / direncanakan untuk menghemat waktu, jarak, dan bensin tentunya. Jadi idenya adalah kita mengunjungi tempat wisata yang satu jalur selama satu hari penuh. Hal tersebut membuat kita harus membuat rundown dadakan saat malam minggunya yang akan digunakan di hari minggu besoknya.

Cerita miskomunikasi antara warga desa yang mengelola wisata dan turis

Ini terjadi saat saya mengunjungi sebuah tempat wisata pemandian air terjun di daerah Bantul. Namanya apa yaa, aku lupa. Tempat wisata ini masuk plosok desa, benar-benar plosok. Allhamdulillah Google Maps masih menjangkaunya. Ketika kami tiba, tempat ini agak sepi. Iya sepi karena kita masih harus jalan kedalam. Nggak ada penanda jalan yang jelas pun. Ada 3 orang spanyol yang duduk di sebuah gasebo, 1 cowok, 2 cewek. Ada warga desa lokal tak berpakaian bawa clurit duduk di gasebo yang lain. Tentang miskomunikasi nya, ini saya mulai paham setelah mencoba menjadi penangah antara warga desa dan turist spanyol tersebut. Konflik dimulai saat warga desa ini menyampaikan biaya wisata, masuk satu ribu kalau renang dua ribu ke 3 orang spanyol tadi, kata warga desa ini. Berulang kali. Disisi lain, si turist merasa terganggu dengan bapak ini. Mereka sudah mengunjungi tempat ini beberapa kali dan tidak ada biaya sebelumnya. Bayangin aja, lalu datang-datang nggak pakai baju, bawa clurit, terus minta uang. Tentu sangat terganggu. Mendengar satu ribu ataupun dua ribu. Sebenarnya si turis juga mau membayar sebenarnya. Sayangnya, si warga desa ini terus menerus meminta dan menunggunya di gasebo tadi. Ini juga miskom. Si warga desa cuma ingin duduk-duduk, tapi dikira menunggu bayaran oleh si turis. Selanjutnya si turis menyampaikan bahwa iyaa sangat disayangkan, mau bayar bila di kasih tau dari awal. Si turist yang perempuan juga merasa nggak enak karena diliatin terus waktu mandi. Di sore menjelang, si turis mau menyampaikan emosi dan kekesalannya ke saya(karena ngerti bahasa inggris *dikit). Dan aku mencoba saling menyampaikan maksut dari kedua belah pihak dan akhirnya sama-sama pulang dengan rasa lega. [caption id="attachment_1216" align="aligncenter" width="600"]

Salah satu si turis yang dari spanyol

Bareng salah satu turisnya[/caption] [caption id="attachment_1214" align="aligncenter" width="476"]

Barang si warga desa

Kalau ini si warga desanya[/caption]

Turis juga ingin berhemat

Kalau kamu kira semua turist yang ke Indonesia untuk traveling itu selalu bawa uang banyak, kamu mirip saya. Kenyataannya, turist ada saatnya saya melihat turist yang sepertinya kekurangan uang dan ingin berhemat saat di tempat wisata.

Belajar dari Mas Yoko (Yoko Bomb)

[caption id="attachment_1215" align="aligncenter" width="600"]

Belajar bareng Mas Yoko di Jogja

Bersama Mas Yoko - Hay Academy[/caption] Iya di malam sebelum hari terakhir aku sempatkan untuk belajar dan ngobrol bersama Mas Yoko (Sekarang lagi merintis Hay Academy). Di obrolan tersebut saya banyak belajar tentang Freelance Remote, dari pengalaman Mas Yoko, hingga saran yang mengubah sudut pandangnya tentang keberhasilan. Untuk lebih jelasnya mungkin akan saya tulis di tulisan yang lainn yaa

Pembelajaran dari Traveling kali ini:

Belajar meniatkan traveling karena Allah, sebagai sarana untuk belajar dan mendapatkan sudut pandang yang berbeda tentang hidup sehingga agar lebih matang dalam mengambil suatu keputusan. Selfie boleh sekali-sekali untuk kenangan.

Terus meminta kepada Allah dalam keadaan berusaha untuk lebih dermawan. Itu artinya ketika meminta sesuatu, kita punya tujuan untuk membantu kita lebih baik dengan meningkatkan taqwa dan berkontribusi bagi setiap mahkluk aka rahmatan lil 'alamin.


Back to Blog