Bagaimana saya mendesain pendidikan saya sendiri

Iosi Pratama

Kamu sekarang kuliah dimana? Kenapa nggak kuliah? Saya lulus SMK Jurusan Software Engineer atau biasa disebut RPL Rekayasa Perangkat Lunak tahun lalu tepatnya di Juni 2017. Disaat teman SMP atau SMK saya saat ini belajar di Kampus, - saya tahu karena mereka upload foto mereka di instagram. Saya sedang berada di sebuah coworking space di Surabaya. Pada pagi hari ini, saya mau menulis sebuah pembelaan buat saya sendiri karena saya nggak berangkat ke kampus. Bagaimana saya mendesain pendidikan saya sendiri. Tujuan utamanya adalah belajar kan. Kalau gitu kita bisa belajar dimana saja dan dengan siapa saja. Sebenernya saya memiliki rencana untuk melanjutkan belajar di NUS Singapore untuk jurusan Business Analytics.  Itu adalah bagian dari rencana hidup saya yang berkaitan dengan pendidikan. Persyaratan sudah saya lengkapi, namun akhirnya saya memutuskan untuk gap year terlebih dulu dengan bertujuan agar lebih mengenal diri saya sendiri. Di tahun 2017 lalu, Setelah lulus SMK, saya melakukan beberapa hal penting seperti belajar memperkuat agama di Pondok Pesantren Al Khoirot, Malang. Kemudian belajar di Community College di Kampung Inggris, TEST English School. Menjadi full-time entrepreneur selama 4 bulan di web desain agency yang bernama Halo Pahlawan. Hingga saat ini, saya full time sebagai UI UX Designer di sebuah startup teknologi di Surabaya. Allhamdulillah, itu semua memberikan saya sudut pandang yang luas ketika melihat dunia. Melakukan hackshooling atau unschooling seperti saya bukan lah hal yang mudah, karena membutuhkan kemampuan dan semangat self learner yang tinggi. Berikut hal yang saya lakukan untuk mendesain pendidikan saya sendiri

Melatih Keterampilan

Iya, dengan kita memiliki keterampilan yang memiliki manfaat / value pada orang lain, maka orang tersebut akan melihat ke keterampilan itu. Bukan lagi di kampus mana saya sedang belajar. Keterampilan yang penting banget menurut saya adalah keterampilan mengatahui cara belajar yang pas untuk diri saya. Mungkin saya kurang cocok belajar di kampus karena memang hal yang ingin saya pelajari belum ada di kampus tersebut. Jadi saya memutuskan untuk belajar apa yang ingin saya pelajari. Misalnya UX Design .. Selain keterampilan cara belajar, keterampilan lain yang terus saya pelajari adalah membangun networking dan berkomunikasi.

Learn from the best

Menurut saya, saya butuh belajar dari orang yang telah melakukan hal yang ingin saya lakukan dan berhasil. Hal yang saya lakukan selanjutnya adalah kontak mereka dan sebisa mungkin kita membantu kepentingannya. Ini adalah pesan dari Tung Desem Waringin saat saya mengikuti seminar nya dulu, seminar termahal yang pernah saya ikuti sepanjang 17 tahun. Mentor. Iya mentor. Saya berusaha memiliki mentor walaupun secara non formal. Mentor tentang desain, mentor tentang startup, mentor growth hacking, dll.

Learning is more important than making money

Untuk saat ini. Inilah yang terpenting bagi saya. Di usia 17 tahun (Ada 3 tahun menuju 2020) saya berusaha belajar apapun hal yang ingin saya lakukan. Belajar Gitar, seni, berpetualang, investasi, dll.

Hustle first, then passion comes after

Ini berhubungan dengan poin diatas nya. Saya belajar banyak hal yang punya disiplin berbeda. Terkadang saya berada di kumpulan orang yang berbicara property, kadang ngomongin tentang reptil, kadang pula ngomongin tentang seni ludruk, kada startup, desain, framework terbaru, dll. Pelajaran berharganya adalah saya lebih memiliki perspektif yang unik dan lebih luas dan ini membantu saya dalam membuat sebuah keputusan.  


Back to Blog