Allah dulu, Allah lagi, Allah terus
by
Iosi Pratama
by
Iosi Pratama
Sebuah nasehat sederhana, namun sangat mendalam makna dalam penerapannya.
Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.
Kalimat ini pertama kali saya dengar dari Ust Yusuf Mansur di salah satu ceramahnya. Saat memaparkan prinsip ini, beliau sedang membawakan topik tentang yakin kepada Allah. Tauhid. Yakin kepada Allah.
Ketika kita berusaha memaknai kalimat diatas. Kita sepakat bahwa Allah lah kekuatan dari semua keputusan di dunia. Tidaklah daun kecil itu jatuh dari pohonnya kecuali atas ijin Allah. Allah lah yang maha membolak-balikan hati manusia. Allah pemilik dari segala ilmu, bahasa, dan keterampilan di dunia. Inilah dasarnya. Insyaallah ini nasehat terus saya jaga dan dalami, dan insyaallah juga buat kamu yang lagi baca blog ini.
Contoh penerapannya, Saya membaca suatu blog dimana penulisnya mengekspresikan kesenangannya saat menjelajah Museum Toh Kapei yang ada di Istanbul. Saya jadi pengen juga nih. Ya Allah, engkau sungguh memuliakan mamusia yang gemar menuntut ilmu, menjadi saksi keesaanmu dari sejarah, - ridhoilah hambamu ini ya Allah untuk juga melakukan hal yang sama. Saya ingin ke museum toh kapei. Mirip saat startup pitching ke investor pola. Namun bedanya Allah tahu dan maha memberi keputusan terbaik buat kita, sedangkan investor belum tentu.
Saat kita udah yakin sama Allah. Kemudian kita punya suatu keinginan. Hal yang selanjutnya dilakukan adalah, mendekatkan diri (pdkt) ke yang maha yang membuat hal sulit menjadi mudah.
Seharusnya ini prinsip sering kita terapin di kehidupan kita sehari-hari saat berhubungan dengan manusia lainnya. Dekati yang punya. Maka lebih mudah kita mendapatkannya.
Bagaimana cara mendekatinya? Sami'na Waa Atho'na
Ya Allah jadikanlah hambani ini taat. Lakukan perintah dan jauhi larangannya. Simple sentence yet.
Saat saya menulis ini, tentu saya telah mengalami banyak dari kejaiban yang Allah berikan kepada saya. Saya benar-benar membuktikan kehebatan dari mendahulukan Allah. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus Ini berat prinsipnya, saya merasakannya sampai saat ini dan terus berusaha, namun Insyaallah kita mampu.